Pages

Rabu, 26 Oktober 2011

BERAWAL DARI NARKOBA

Pagi ini udara menghembuskan nafasnya yang segar, dan sinar matahari dengan setia menemaninya. Seperti biasa aku melangkahkan kakiku menuju sebuah sekolah elit dipertengahan kota, tempat dimana aku mencari sebuah ilmu (itu kata orang tuaku). Sampailah aku di sekolahku tercinta, saat di lapangan basket tiba-tiba saja langkahku terhenti ketika aku melihat seseorang yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dia sangat berbeda, ya dia begitu cantik. Lama sekali aku memandanginya dan tiba-tiba saja..
            “aduh...maaf ya!gue gak sengaja,” katanya dengan langkah cepat meninggalkanku.
            “iya gak papa kok,” jawabku.
Cewek itu menabrakku sampai aku tidak tahu harus bagaimana. Dia begitu cepat pergi. Aku terus melihatnya, sampai dia lari masuk kekelas. Setelah dia masuk kekelas, aku sempat meliha wajahnya terlihat suram, matanya kosong, pucat, bibirnya biru dan sedikit kehitaman. Sebenarnya dia memiliki wajah yang cantik, tetapi kecantikannya ditutupi oleh kemuraman wajahnya. Aku kembali melangkahkan kakiku menuju bangku. Dan aku belajar seperti biasanya.
Setiap hari secara tidak sengaja aku melihat cewek muram itu di gang dekat kamar mandi. Dia selalu duduk sendirian di lantai dengan posisi kaki ditekuk seperti kedinginan. Lama-lama aku penasaran juga, aku amati cewek itu. Aku lihat dia menggigil seperti kedinginan dan mencoba untuk menghangatkan tubuhnya dengan memasukkan tangannya kesaku jaketnya. Kasihan juga melihat seorang cewek dengan keadaan seperti itu. Aku coba untuk mendekati dan memberikan jaketku untuknya agar dia tidak terus duduk disitu dengan keadaan seperti itu. Dan dia menerimanya dengan sebuah senyuman yang tidak bisa aku lupakan sampai kapanpun.
Saat di kelas pagi itu, pelajaran Biologi tentang zat-zat psikotropika. Orang yang terkena narkoba akan sering menggigil kedinginan, wajahnya muram, wajahnya pucat, dibawah mata terdapat kantung dan berwarna hitam. Sesaat aku teringat gadis itu, apakah gadis itu pecandu narkotika? Sepulang sekolah, aku mencoba mendatangi tempat dimana gadis itu biasa kedinginan. Aku hanya ingin tahu apakah ada bekas-bekas narkotika disana. Tetapi tidak ada, aku tidak melihat apa-apa. Suatu kondisi yang sedikit melegakanku. Akhirnya aku pulang seperti biasanya, ditengah jalan kaki dan fikiranku menyuruhku untuk melewati sebuah gang kecil yang arahnya menuju gudang belakang. Aku putuskan untuk hanya melewatinya saja. Hatiku berkata lain, hati ini terus bicara ingin sekali melihatnya, tidak tahu kenapa aku merasa akan ada sesuatu yang terjadi. Hati kecilku mengatakan bahwa aku harus kesana.
Sesampainya aku didepan gudang, sungguh tidak kusangka aku melihat gadis itu bersama seorang cowok yang merangkul pundaknya, didepannya ada dua pasang kekasih yang tengah bercumbu dan dua lelaki yang sedang merokok. Terlihat gadis itu sangat menyukai keadaan tersebut. Tiba-tiba saja seorang lelaki yang merokok tadi menyuruh si gadis untuk menelan sesuatu. Dan mataku tidak sakit, kelihatan sekali bahwa itu adalah obat. Gadis itu mencoba menolak dan bahkan brontak. Namun, ia dipaksa oleh cowok yang merangkulnya, sepertinya dia kekasihnya. Yang aku lihat dia benar-benar dipaksa, sampai akhirnya tidak berdaya dan menurutinya. Ingin sekali aku menolongnya, tetapi aku tidak mau berurusan dengan anak-anak seperti itu.
Beberapa hari kemudian, saat aku belajar dikelas dan bercanda-canda dengan teman-temanku, aku melihat gadis itu berada di depan kelas dan berbicara dengan salah seorang temanku.
            “sorry, apa bener ni kelasnya Dony?” tanyanya.
            “iya, emang kenapa?” temanku tanya balik ke gadis itu.
            “Donynya ada?” tanyanya kembali.
            “oh, lo nyari Dony. Tar gue panggilin.” Jawab temanku.
Tidak lama kemudian salah satu temanku memanggilku.
            “Don, ada yang nyari tuh !” kata temanku.
Aku berjalan keluar. Aku mencari siapa yang memanggilku, ternyata adalah gadis itu. Aku memandangnya ku lihat gadis itu berjongkok, kemudian aku mendekatinya.
            “lo nyari gue? Ada apa?” tanyaku sambil mengajaknya berdiri, serasa menahan rasa dingin tubuhnya.
Lalu dia memberiku sebuah tas kecil dan tangannya terus bergetar.
            “ini jaket yang lo kasih pinjem ke gue kemarin, makasih ya.” Katanya dengan suara khas dan merdu.
            “oo, iya sama-sama sebenernya sih gak usah lo balikin juga gak papa. Ngomong-ngomong nama lo siapa?” tanyaku penasaran.
            “nama gue Lara !” sahutnya diikuti sebuah senyuman. Baru kali ini aku melihatnya tersenyum, sungguh manis sekali.
Tapi, tiba-tiba saja....
            “bebh kemana aja sih?” kata Andre cowoknya Lara sambil menarik Lara pergi.
Lara ditarik menjauhi ku. Mereka pergi dan aku mengikuti mereka diam-diam.
            “huhhh, apa-apaan sih!pake narik-narik gue segala!” ucap Lara kesal.
            “siapa tadi?” tanya Andre sedikit curiga dan marah.
            “temennya feri, tadi Cuma suruh balikin jaket doang kok!” jawab Lara sedikit takut.
            “beneran lo gak bohong kan?” tanya Andre lagi.
            “i..iya...beneran!gue gak bohong kok!” jawab Lara.
            “emmm, bebh kumpul ma anak-anak yuk!tapi kamu jangan nolak lagi, enak kok! Gak sampek bikin kita mati.” Bujuk Andre ke Lara.
Lara hanya tersenyum, dia terlihat takut dan tidak nyaman dengan hal itu. Aku hanya bisa mengikuti, melihat dan mendengarkan percakapan mereka. Pada akhirnya aku tidak tega kalau Lara terus-terusan diperlakukan seperti itu oleh kekasihnya sendiri. Akhirnya aku berinisiatif untuk membawa Lara pergi dan terhindar dari obat-obatan itu. Setelah pulang sekolah, aku langsung menuju kelas Andre untuk mengatakan sesuatu.
            “Andre!!!” teriakku saat aku bertemu dengannya di depan kelasnya.
            “kenapa?lo yang tadi sama Lara kan?” tanya Andre kepadaku.
            “iya, aku mau bilang kalo hari ini Lara pulang cepet. Tadi dia bilang ada urusan sama kakaknya.” Jawabku dengan wajah yang meyakinkan.
            “beneran gak!?” tanya Andre dengan nada curiga.
            “iya..beneran lah. Lo pikir gue bohong gitu?gak guna lagi!”kataku meyakinkan.
Akhirnya setelah lama membujuk Andre, aku berhasil. Setelah itu aku mencari Lara. Dan segera membawanya pergi dari sekolah.
            “Lara, ayo kita pergi!!!” kataku sambil menggandengnya.
            “kemana?” tanyanya kepadaku.
            “ayo deh, pokoknya lo ikut gue sekarang!” kataku sambil menyuruhnya naik motorku dan kami pun pergi meninggalkan sekolah. Di perjalanan Lara hanya diam. Sesaat kemudian dia mengeluarkan suaranya..
            “Don, napa lo bawa gue cepet pulang?” tanyanya.
            “kenapa? Lo tanya kenapa?! Ya buat nyelametin lo lah. Dari anak-anak pemakai obat setan itu lah!!” jawabku sedikit marah, karena aku benar-banar khawatir.
            “tapi ntar lo bisa diapa-apain Andre kalo dia tahu sebenernya lo slametin gue dari mereka!” jawabnya.
            “gue gak peduli! Gue cuman gak mau lo dipaksa-paksa buat make’ barang haram itu!”
            “emang lo tahu gue dipaksa Andre?” tanyanya penasaran.
            “jujur, sebenernya gue udah lama penasaran ama lo sejak lo tabrak gue dilapangan basket beberapa hari yang lalu.” Jelasku.
            “setelah gue ngeliat lo menggigil didekat kamar mandi, gue jadi semakin penasaran. Dan gue berniat buat bantuin lo Lara. Tapi sebenernya gue sendiri bingung musti ngelakuin apa. Gue gak tega liat lo dopaksa minum tu obat!!” tambahku.
            “lo gak takut kalo Andre dan temen-temennya bikin onar kekamu?” tanya Lara.
            “enggak!! Ngapain takut?!! Gue gak salah kok!!” jawabku.
Lara hanya tersenyum dan akhirnya terdiam. Kami pun melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa menit akhirnya kami tiba di rumahku.
            “Lara, ni rumah gue. Mari silahkan masuk....” ajakku padanya.
            “napa lo bawa gue kesini?” tanyanya.
            “maaf sebelumnya, gue cuman gak mau lo diapa-apain sama Andre. Gue tau lo takut sama dia. Makanya tadi lo cepet-cepet gue bawa pergi. Maaf banget sebelumnya.” Kataku.
            “ohhh, gak papa kok! Gue pulang ya?” kata Lara.
            “gue anterin ya? Kan udah sore.” Pintaku.
            “gak usah, makasih.” Jawabnya dan pergi.
Sebelum keluar pagar rumahku, dia melambaikan tangannya dan tersenyum kepadaku dan aku membalasnya dengan senang hati.
Hari demi hari aku lewati dengan rasa penasaran terhadap Lara. Sampai akhirnya aku putuskan untuk menyelidikinya. Karena seperti ada yang mendorong untuk mengetahui lebih lanjut tentang dia. Mulai hari itu aku menyelidiki tenteng Lara. Bagaimana karakternya, tentang keluarganya, dan kebiasaannya. Tapi bosen juga kalau hanya mengintai. Namun pengintaianku berhenti sejenak karena aku masih ujian.
Aku mendapat tugas dari guru untuk meneliti anak-anak yang terkena narkoba di panti rehabilitas. Aku mencoba mencari seluk-beluk narkoba. Aku mencari informasi itu dari banyak sumber, salah satunya aku mencari di warnet dekat rumahku. Setelah 2 jam aku browsing, sekarang aku tahu betapa meruginya dan sangat berbahaya bagi si pecandu.
            “uhhhh, slesai juga akhirnya.” Kataku.
Ketika aku akan membayar, tak ada penjaga yang stay di server. Namun aku kaget ketika melihat penjaga warnet itu muncul, yang tidak lain ternyata Lara.
            “lho, Lara! Lo ngapain disini?” tanyaku.
            “eh, elo Don. Iya nih, sepulang sekolah aku kerja disini.” Jelasnya dengan senyum ramah.
            “kok lo kerja disini Ra?” tanyaku lagi.
            “ya buat nambah uang saku aja. Bantuin kakakku.” Jawabnya.
Aku tersenyum mendengar ucapannya. Aku salut padanya.
Semakin hari semakin aku dekat dengannya, semakin besar pila rasa suka ku padanya. Tetapi aku harus tetap melanjutkan misiku untuk meneliti anak-anak pecandu narkoba itu. Aku mencoba mengintai di tempat yang sering dipakai anak-anak badung itu memakai narkoba.
            “hey...ayolah Lara telen!!! Gak papa kok...!” bujuk Andre pada Lara.
            “iya...tenang aja! Enak kok!” bujuk salah satu teman Andre.
            “engggggggaaaaaakkkk, gue gak mau!!!!” kata Lara menolak.
Lara terus dipaksa, tangan dan kakinya ditahan oleh mereka. Sedangkan Andre yang mencekoki barang haram itu ke mulut Lara. Sementara di salah satu sudut ruangan itu ada seorang cowok yang menggigil kecanduan obat. Kemudian ada yang mendekatinya,
            “makanya, bawa uang dong lo!!jangan cuman minta !!” kata orang itu.
Cowok itu terus menahan rasa sakit dan menggigil. Tidak beberapa lama kemudian, Andre dan teman-temannya meninggalkan cowok itu dan pergi membawa Lara dengan keadaan Lara yang sangat buruk. Aku tidak sanggup melihatnya. Kemudian beberapa saat setelah mereka pergi, aku langsung mendekati cowok itu dan membawanya pulang kerumahku. Cowok itu ternyata bernama Bimo, dia temannya Andre. Sesampainya dirumah, aku menyuruhnya untuk mandi dan kemudian aku ajak dia sholat dan belajar bersama. Dia tinggal bersamaku, aku selalu berusaha menjauhkan dia dari Andre dan teman-teman.
            “Don, napa lo nolongin gue?” tanya Bimo mulai sedikit terbuka.
            “siapa gue! Ya kasihan gue ngeliat lo ditinggalin sama mereka.” Jelasku.
            “lo gak ada maksud lain kan?”
            “hmmm, sebenernya ada.”jawabku.
            “tuh, bener kan!! Lo mau apain gue Don?”
            “lo kenal Lara kan?” tanyaku.
            “Lara? Napa? Lo suka sama dia?”
            “emmm, iya.” jawabku jujur.
            “sebenernya gue kasihan sama dia. Sebenernya Lara gak suka sama Andre. Tapi gara-gara kakaknya punya utang 10juta dan kakaknya gak bisa bayar maka Lara lah taruhannya atau kakaknya akan dibunuh.” Jelas Bimo dengan serius.
            “apa??!!! Terus?” tanyaku makin penasaran.
            “sejak saat itu Lara selalu patuh ama si Andre. Disuruh minum-minuman keras, dijadikan boneka buat Andre, bahkan sampek dipaksa make narkoba. Selain itu gue juga gak rela kalo Lara diperlakukan serendah itu sama Andre dan temen-temennya.”
Mendengar semua itu aku semakin ingin membebaskan Lara dari anak-anak yang tidak berguna itu.
Sampai pada suatu hari....
            “emmm, maaf banget gue gak bisa.” Kata Lara.
            “oh, gak papa kok, gue ngerti. Gak seharusnya juga gue lancang ngomong gini keelo. Maafin gue Ra.” Kata ku sedikit kecewa.
            “iya maafin gue, gue gak bisa!! Gue gak bisa bohong kalo sejujurnya gue juga sayang ama lo Don.” Katanya dengan lembut dan disambut dengan senyum manisnya.
            “lo serius Lara? Makasih ya. Gue janji bakal terus sayang sama lo, gue bakal jagain lo terus Ra. Makasih banyak. Gue sayang lo.” Ucapku tulus dan haru.
Aku terkejut dan tidak menyangka kalau Lara akhirnya mau menerimaku.
Hari demi hari aku lewati dengan tenang. Karena kini Lara selalu ada disampingku, aku juga senang melihat perkembangan hidup Lara menjadi lebih baik. Aku salut dan simpati padanya, walaupun dia masih sering merasakan efek dari obat-obatan itu, Lara tetap semangat untuk selalu berusaha menghindari segala sesuatu yang dapat mengulang masa lalunya itu. Jika dia merasa menggigil, dia selalu mengurung diri didalam kamar dan mengalihkan fikirannya dari obat-obatan itu. Lara sangat bersemangat dalam sekolah da kerja part-time nya itu. Aku tidak pernah malu memiliki pacar seorang mantan pengguna narkoba. Aku bangga karena dia mulai belajar hidup mandiri dengan pekerjaannya.
Pada suatu pagi, ketika aku, Bimo dan pacarnya belajar di rumah Lara, ada sesuatu yang mengagetkan. Ada sebuah mobil yang berhenti di depan rumah Lara. Kemudian turunlah seorang cowok dengan khasnya berjalan masuk.
            “Lara, siapa dia?” tanyaku penasaran.
            “kakakku, feri.” Jawabnya dengan ramah.
Kemudian Lara masuk ke dalam dan tidak lama kemudian Lara kembali mengajak kami keluar dan masuk ke dalam mobil tadi bersama kakaknya.
            “Lara, kita mau kemana?” tanyaku penasaran.
            “udah, lo diem aja jangan bawel! Duduk yang manis ya.” Ledek Lara.
Lara hanya tersenyum dan tidak mengatakan kemana tujuan kami. Beberapa menit kemdian, mobil memasuki kawasan perumahan elit, dan aku semakin bingung. Aku berada di kawasan orang-orang besar. Kemudian, mobil berhenti di depan rumah yang tidak kalah mewah dengan rumah-rumah yang ada di perumahan itu.
            “ayo turun !” ajak Lara.
            “Lara, ini rumah siapa? Terus maksud lo apa bawa kita kesini?” tanyaku penasaran.
            “udah, liat aja ntar.” Tegasnya.
Kami turun dan masuk.setelah kami masuk ternyata kami disambut oleh kedua orang tua Lara.
            “Don, kenalin ini papa – mamaku. Mereka baru pulang dari Jerman 3 hari yang lalu.” Jelas Lara.
            “Om, tante kenalkan saya Dony.” Kata ku lembut.
            “Lara sudah banyak cerita tentang kamu nak, terima kasih untuk semua kebaikkanmu selama ini.” Kata papa Lara sambil tersenyum lebar.
            “iya om, sama-sama. Saya sudah cukup senang bisa bantu dan menjaga Lara.” Jawabku.
Sebenarnya Lara adalah anak dari pengusaha kaya. Selama ini Lara tidak mau bicara keadaan keluarganya yang sebenarnya, karena dia ingin mendapatkan teman yang tulus sayang padanya, bukan pada harta orang tuanya. Aku senang bertemu keluarganya. Sekarang aku merasa kebahagiaan berakhir ditanganku dan aku telah menemukan fakta hidup bahwa seseorang di dunia ini tidak hanya menumpang di bumi, tetapi kita harus dapat memanfaatkan dan menghidupkan hidup ini. Aku juga banyak belajar dari Lara. Aku bersyukur dapat membantu Bimo dan Lara dari pergaulan yang berlembah hitam. Hanya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan lah yang mampu melindungi diri ini.








0 komentar:

Posting Komentar